PADANG – Sebanyak tiga ton garam dapur telah disemai di udara kawasan Kabupaten Limapuluh Kota dan Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar), pada hari pertama Operasi Modifikasi Cuaca (OMC).
Langkah ini diambil untuk mempercepat penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang semakin meluas di wilayah tersebut.
Penyemaian senyawa kimia Natrium Klorida (NaCl) sebagai bagian dari OMC bertujuan untuk meningkatkan curah hujan di daerah terdampak Karhutla. Operasi ini dilakukan menggunakan pesawat Cessna Grand Carravan 208B PK-NGT yang lepas landas dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman.
Kepala BMKG Stasiun BIM, Desindra Deddy Kurniawan, pada Jumat (25/7) menjelaskan pentingnya OMC.
“OMC ini penting dilakukan karena sangat rendah curah hujan, bahkan beberapa daerah ada yang lebih 60 hari mengalami musim kering, tidak pernah hujan, dan mendekati ekstrem, seperti Limapuluh Kota dan Solok,” ungkapnya saat menyaksikan persiapan OMC di BIM Padang Pariaman.
Menurut Desindra, Juli merupakan puncak musim kering di Sumbar yang diperkirakan berlanjut hingga September 2025. Ia menilai OMC sangat tepat dilakukan, terutama karena sudah muncul tanda-tanda bibit awan di beberapa daerah, termasuk Limapuluh Kota, Pesisir Selatan, dan kini juga Kabupaten Solok.
“Kemarin tidak ada tanda-tanda bibit awan daerah Solok, yang ada hanya di Limapuluh Kota dan Pesisir Selatan. Hari ini daerah Solok sudah nampak, artinya ini pertanda baik dan bisa diintervensi dengan OMC agar cepat terjadinya hujan,” ujarnya.
Desindra menambahkan, selama bibit awan terlihat, OMC sangat efektif untuk mempercepat penanganan Karhutla. Meski demikian, intensitas hujan yang diharapkan adalah sedang, cukup untuk memadamkan api tanpa menimbulkan bencana susulan seperti banjir atau longsor.
“Kemarin kita sudah diskusikan juga dengan BPBD Limapuluh Kota dan Solok, mereka minta hujannya sedang-sedang saja. Jangan sampai kita mengatasi bencana, malah muncul bencana baru,” selorohnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Sumbar, Rudy Rinaldy, melaporkan bahwa sepanjang musim kemarau hingga saat ini, pihaknya telah menerima laporan delapan daerah mengalami Karhutla. Mayoritas Karhutla ini dinilai terjadi akibat pembukaan atau pembersihan lahan dengan cara pembakaran.
Delapan daerah terdampak Karhutla di Sumbar meliputi Pesisir Selatan, Kota Padang, Payakumbuh, Limapuluh Kota, Solok, Padang Pariaman, Pasaman, dan Tanah Datar. Dari jumlah tersebut, dua kabupaten, yakni Limapuluh Kota dan Solok, telah menetapkan status Tanggap Darurat selama dua pekan.
“Kita perkirakan sudah mencapai 500 hektare lebih yang terbakar, namun angka ini belum riil, sebab kita masih fokus melakukan pemadaman. Kita di provinsi juga sudah menyiapkan Surat Keputusan Siaga Darurat,” ujar Rudy.
Selain itu, BPBD Sumbar juga telah mengirimkan armada pengangkut air ke daerah terdampak. Namun, penanganan di lapangan masih kurang memadai karena banyak lokasi yang jauh, terjal, dan di perbukitan sehingga sulit dijangkau.
Oleh karena itu, Rudy menilai OMC, sebagai kerja sama BNPB dan BMKG, merupakan opsi efektif untuk mempercepat penambahan curah hujan di Sumbar, terutama dengan adanya tanda-tanda bibit awan. Ini diharapkan dapat mempercepat penanganan Karhutla dan memulihkan daerah yang terdampak parah.
“Kita doakan OMC ini berhasil, jangan sampai kita pakai water booming, cukup OMC ini saja. Sama-sama kita doakan. Kita juga mengimbau semua pihak agar tidak ada lagi yang membuka lahan dengan cara membakar, karena sangat besar dampaknya,” tutur Rudy.
Berdasarkan informasi dari Posko OMC di BIM, pada penerbangan pertama, 1 ton garam disemai di wilayah Tenggara Kabupaten Solok pukul 11.05 WIB, menghasilkan hujan ringan hingga sedang. Penerbangan kedua menyemai 1 ton garam di wilayah Utara Kabupaten Limapuluh Kota pukul 14.20 WIB, juga menghasilkan hujan ringan hingga sedang. Kemudian, penerbangan ketiga menyemai 1 ton garam di wilayah Kabupaten Solok dan Kabupaten Limapuluh Kota pukul 17.15 WIB.
Informasi dari BPBD daerah menunjukkan bahwa Kabupaten Solok diguyur hujan pada Jumat (25/7) pukul 15.16 WIB selama sekitar 15 menit. Meskipun tidak terlalu lebat, hujan ini adalah yang pertama setelah tiga bulan kemarau. Saat ini, awan hitam masih terlihat di arah utara Kabupaten Solok disertai gemuruh dan petir.
Di Limapuluh Kota, hujan turun pada pukul 17.00 WIB selama sekitar 30 menit dengan intensitas ringan hingga deras, terutama di Kecamatan Harau (Nagari Bukik Balang, Nagari Bukik Limbuku, Nagari Koto Tuo, Nagari Lubuk Batingkok, dan Nagari Sarilamak). Nagari Tarantang dan Nagari Gurun mengalami gerimis, sementara Nagari Harau belum hujan. Selain Kecamatan Harau, hujan juga terjadi di Kecamatan Luak dan Kecamatan Lareh Sago Halaban.
Pelaksanaan OMC ini direncanakan berlangsung hingga 29 Juli 2025. Namun, OMC dapat dihentikan lebih cepat jika wilayah terdampak Karhutla teratasi, atau diperpanjang jika kondisi Karhutla semakin meluas.

0 Comments