Agar Anak Korban Pelecehan Seksual Tidak Menjadi Pelaku di Kemudian Hari, Ini Saran Psikolog Anak


Psikolog Anak, Yossi Molina





Bukittinggi, kitapunya.id - Banyaknya kasus pencabulan belakangan ini seperti yang baru saja terjadi di daerah Pasaman, Sumatra Barat menjadikan pelajaran berharga bagi semua orang tua terlebih di zaman teknologi digital yang menyerbu semua kalangan, tidak terkecuali anak anak.


Diberitakan sebelumnya, setidaknya 35 orang anak usia sekolah menjadi korban kekejian nafsu seksual seorang pemuda 20 tahun yang tega merusak harga diri dan masa depan penerus bangsa tersebut.



Psikolog anak asal Bukittinggi, Yosi Molina mengatakan kekerasan seksual terhadap anak meningkat tajam terutama salah satu dampak pandemi covid19 beberapa waktu lalu. 


Faktor semua serba gawai menjadi salah satu pemicu akan terlihatnya tayangan tak etis yang dikonsumsi anak selama pandemi. " salah satu pemicu itu", ujar Yossi saat di hubungi kitapunya.id kamis malam (5/10).



Jika menilik kasus yang terjadi di Pasaman, pelaku yang juga merupakan korban tindak kekerasan seksual yang di alaminya di masa kecil terjadi karena dampak psikologis serius. Karena terjadi distorsi kognitif dan konflik identitas pada dirinya sehingga kurang mendukungnya lingkungan dalam pemulihan trauma psikis yang tepat juga menjadi penyebab utama. "Itulah sebabnya pelaku kekerasan seksual merupakan korban di masa kecilnya", tambah psikolog berdarah minang itu.



Lalu, bagaimana kalau misalnya pernah menjadi korban kekerasan seksual? Menurut Moli sapaan akrab aktivis anak tersebut mengatakan, perlunya pendampingan profesional terapi psikologis dan konseling dapat membantu 

Individu mengurangi traumanya. "Perlu segera laporkan kejadian tersebut ke pihak berwenang agar tidak terjadi lagi korban berikutnya", imbuhnya.


Ia juga mengarahkan agar anak yang menjadi korban kekerasan atau pelecehan seksual, agar melakukan pemulihan psikologis baik pihak keluarga dan profesional lainnya. Kemudian pendidikan seksual kepada anak sesuai umurnya, agar anak tersebut memahami batasan dan tanda tanda atau ciri ciri jika mengalami pelecehan secara seksual dari orang lain. Selain itu, pentingnya pengasuhan dari orang tua harus menciptakan lingkungan yang aman dimana anak harus merasa nyaman menceritakan pengalaman yang terjadi pada dirinya.



Sedangkan salah satu cara agar tidak menjadi korban pelecehan seksual menurutnya perlunya pendidikan seksual yang tepat kepada anak, komunikasi terbuka terhadap anak agar anak merasa nyaman jika terjadi sesuatu pada dirinya. Selain itu sangat perlu orang tua memantau secara online tentang apa saja yang di aksesnya jika harus berhubungan dengan internet. 



Pemilihan pengasuh yang aman, orang tua harus tahu jika anak di sekolah misalnya mengetahui larar belakang tempat anaknya di didik secara formal. 


Lalu pentingnya aturan batasan pribadi kepada anak terkait batas secara seksual baik dari orang lain maupun keluarga terdekat.

 "Disamping itu, perlu dukungan sekolah dalam pencegahan terjadinya tindakan pelecehan seksual kepada anak", tutup mahasiswi Ph.D UPSI Malaysia tersebut.



0 Comments