Kisah Keluarga Kurang Beruntung Didatangi Gubernur Saat Sahur, Pemilik Rumah Pun Menangis

Gubernur Mahyeldi menyerahkan bantuan bagi keluarga tidak mampu dalam kegiatan singgah sahur di Pasaman.ist


PADANG - Gubernur Mahyeldi Ansharullah kembali melakukan singgah sahur, kali ini di rumah kuli bangunan. Orang nomor satu di Sumbar itu menikmati sahur bersama keluarga Syafii (40), di Kampuang Padang Paraman Dareh, Nagari Air Manggis, Kabupaten Pasaman, Senin (26/4).


Dini hari menjelang sahur, pintu rumah Syafii diketuk dari luar. Agak lama pintu baru dibuka. Namun, terdengar langkah bergegas dari dalam.


Begitu sampai di depan pintu, Syafii tidak langsung membuka pintu. Tapi sempat mengintip dari jendela nako dengan gorden seadanya. Di luar nampak ramai, sejumlah orang tampak berdiri di depan pintu.


"Waalaikumsalam, alhamdulillah, selamat datang Buya, silahkan masuk,"sapa Syafii mempersilakan masuk.


Syafii memang sudah kenal wajah Buya Mahyeldi Ansharullah, tapi itu dikenalnya dari gambar sejak lama. Tak terbayangkan olehnya, mantan Walikota Padang itu akan menjambangi rumahnya di Kampung Padang. Apalagi dini hari menjelang sahur.


"Ya Allah, silahkan masuk,"katanya menenangkan diri.


Syafii adalah alumni Pesantren Purba, Sumatera Utara. Rumah yang ditempatinya adalah rumah mertuanya yang dibangun sejak 1970, rumah orang tua Muldiati, istri yang dinikaninya sejak 2004 lalu. Isterinya tamatan SMK Duafa, Padang. Mereka sama-sama sudah mengenar wajah Mahyeldi.


Poster huruf hijaiyah tergantung lusuh di dinding dilemari yang dimakan rayap. Dua dari tiga daun pintu lemari sudah rapuh. Lemari ini menghiasi ruang tamu seukuran 5x2 meter rumah Syafii. 


Rumah itu sebenarnya ada 3 kamar, didinding dengan tembok yang belum sempat disentuh cat. Atapnya yang rendah menyebabkan rumah agak pengap. Dinding luar, hanya separohnya dari beton, setengah keatas masih papan (semi permanen).


Rumah itu dibangun oleh nenek Muldiati, kemudian turun pada ibunya, Yanismar (60). Mereka tinggal bersama dalam rumah itu.


Rumah itu tepat disebelah Sekolah Dasar (SD) 20, Kampung Padang, Nagari Air Manggis, Kabupaten Pasaman. Agak kontras dengan rumah yang lainnya yang sudah permanen. Untuk sampai ke rumah ini harus melewati jalan gang yang sudah rabat beton, tapi tidak bisa dilewati mobil. 


Untuk mencapai rumah keluarga ini, sebelumnya, rombongan Gubernur Mahyeldi Ansharullah harus menempuh jalan kampung sejauh 6 KM dari jalan utama Lubuk Sikaping.


Pasangan Syafii-Muldiati adalah keluarga tidak mampu, sehari-hari Syafii bekerja sebagai kuli bangunan. Kadang ada kerja kadang tidak. Kalau sedang tidak ada kerja, Syafii mengolah sawah, lahan yang juga milik mertuanya.


Tak banyak penghasilannya, apalagi untuk membiayai 7 orang anak. Jika berkuli, paling banyak dia mendapat Rp110 ribu/hari. Itu tidak menentu.


"Kalau sedang tidak ada penghasilan, kita makan pakai pucuk ubi yang ada disamping rumah,"ungkapnya.


Sebelum pandemi covid-19, untuk mencukupi biaya dapur, Muldiati pernah berjualan penganan kecil untuk anak SD. Sekarang dia tidak boleh lagi jualan, karena itu kebijakan pemerintah. Menghindari penyebaran covid-19.


"Kalau masih jualan, bisalah dapat Rp20 ribu sampai Rp30 ribu perhari. Bisa juga bantu biaya dapur. Sekarang sudah satu tahun tidak jualan lagi,"kenangnya.


Dengan kondisi itu memperparah kehidupannya. Penghasilan Syafii tidak menentu, jualan tidak pula bisa. Sementara anak-anaknya sedang membutuhkan asupan gizi yang tinggi.


Singgah Sahur


Mahyeldi memang melanjutkan kebiasaannya Singgah Sahur di rumah warga tidak mampu pada bulan ramadhan. Kali ini di Pasaman. Kegiatan ini dilakukannya usai menjalani safari ramadhan di Masjid Taqwa, Sontang, Kecamatan Padang Gelugur, Pasaman.


Menunggu, sahur Mahyeldi tidur di Masjid Raya Jihad Ambacang Anggang, Nagari Aia Manggih Selatan, Kecamatan Lubuk Sikaping. Tak canggung, Ketua Forum Bela Negara (FBN) itu tidur berlasakan tikar, tanpa selimut.


Sekitar, pukul 04.18 WIB Mahyeldi bersama sekitar 15 orang rombongan langsung menuju rumah Syafii. Rombongan membelah gelap malam nan dingin berhalimun. Sekitar 20 menit berjalan, tanpa pengawalan voorijder.


Makan Sahur


Di sudut ruang, tampak empat orang anak sedang menikmati makan. Jarak umurnya sepertinya tidak beda jauh. Mereka adalah, Zitna Kamila yang duduk di kelas 4 SD, ada adiknya Rasyid, Ihsan dan Yahya. Sedangkan adiknya paling bungsu sedang menyusu dengan ibunya.


Pasangan Syafii-Muldiati sebenarnya memiliki 7 anak, yang paling besar sudah SMP. Kini tinggal di Pesantren, Pasaman Barat. Di rumah hanya anak-anaknya yang masih SD.


"Silahkan sahur pak,"sahut Muldiati menawarkan.


Rombongan ini memang sengaja datang tidak diketahui tuan rumah. Makanan juga dibawa dari luar oleh rombongan. Jadi momentum itu menjadi ajang sahur bersama.


Kamila, tetap menyuap nasinya, tapi tidak fokus. Sesekali suapnya terhenti, memperhatikan sosok berjenggot putih yang duduk bercengkrama bersama ayahnya, Syafii.


Benar saja, adiknya Rasyid paling merindukan bertemu Buya Mahyeldi. Buya Janggut Putih, begitu Rasyid menyebutnya. Sama dengan ayahnya, mereka mengenal dari gambar Mahyeldi yang memang memiliki ciri khas, berjanggut putih.


Semuanya selesai menyantap makan sahur. Rombongan menyantap nasi kotak yang dibawa dari luar. Keluarga ini tetap saja melanjutkan makannya dengan lauk seadanya. Meski nasi disediakan untuknya sudah berada dihadapan mereka, tidak ada dari mereka yang menyentuhnya, kecuali Syafii menemani Mahyeldi makan sahur.


Sekitar, pukul 04.50 WIB, usai berbincang-bincang dengan keluarga ini Mahyeldi pamit. Gubernur Mahyeldi menyerahkan bantuan Rp25 juta. Bantuan itu dari Baznas Sumbar. Diharapkan dapat membangun rumah mereka yang layak. Karena rumah itu tidak layak untuk ditempati 7 anak. Kebetulan, keluarga ini sudah punya tanah yang akan dibangun, sekitar 200 meter dari rumah tersebut.


"Ini bantuan dari Baznas, semoga dapat membangun rumah yang layak,"harap Mahyeldi.


Selain bantuan dari Baznas, Mahyeldi juga menyerahkan bantuan uang tunai dari saku pribadinya. Ada kain sarung dan Alquran juga. Uang itu langsung diserahkan pada Yanismar.


"Ini untuk lebaran, semoga dapat membantu,"lanjutnya.


Mendapatkan kunjungan dari Gubernur, Yanismar terharu. Apalagi mendapatkan bantuan untuk membangun rumah bagi cucunya. Adalah kesempatan yang tidak pernah dibayangkan olehnya.


Dingin malam yang menusuk tulang tak menghentikan air matanya, bola matanya berkaca-kaca. Wajah memerah, suaranya tersekat. Tak lama kantong air matanya pecah, kemudian jatuh sesunggukan dihadapan Mahyeldi.


"Tarimokasih banyak pak, tarimokasi banyak. Ambo ucapkan tarimokasih ka apak-apak nan datang malam ko sadonyo,"ucapnya mengisak.


Wajah terus memerah, tak canggung dia mencium tangan Mahyeldi. Kemudian melepas rombongan, dengan tatapan yang seakan tidak percaya.


Usai menggelar singgah sahur, kemudian Gubernur melaksanakan shalat subuh di Masjid Raya Jihad Ambacang Anggang, Nagari Aia Manggih Selatan, Kecamatan Lubuk Sikaping. Selanjutnya menuju Kota Padang. (*)

0 Comments