Oleh : Rizkita Amanda Harahap
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas
Sebuah warung sederhana di Kapala Koto, bernama Pecel Ayam Goyang Lidah, telah menjelma menjadi primadona baru di kalangan mahasiswa, khususnya Gen-Z Universitas Andalas. Berdiri sejak dua tahun lalu, usaha kuliner keluarga ini memanfaatkan lokasi strategis di dekat kampus untuk menawarkan solusi: makanan enak, murah, dan vibes kekinian.
Perkembangan pesat bisnis ini didorong oleh strategi pemasaran yang cerdas dan terfokus, yang berhasil membuat anak muda "auto kepo" (langsung penasaran). Kuncinya terletak pada kombinasi nama brand yang unik, tempat yang instagramable, inovasi rasa, dan promosi yang dikelola oleh Gen-Z sendiri.
Warung ini dirancang dengan perpaduan apik antara warung makan sederhana dan kafe ala Gen-Z, diperkaya dengan alunan musik yang memanjakan. Hasilnya, Pecel Ayam Goyang Lidah tidak hanya menjadi tempat makan, tetapi juga spot nongkrong murah meriah yang nyaman bagi mahasiswa.
Kreativitas Nama dan Daya Tarik Visual
Nama produk adalah "pintu masuk" sebuah bisnis. Pemilik Pecel Ayam Goyang Lidah memilih untuk menghindari nama yang umum dan menggantinya dengan nama yang provokatif dan unik. Nama "Pecel Ayam Goyang Lidah" langsung memicu rasa penasaran di kalangan Gen-Z, yang memang menyukai hal-hal nyentrik dan berpotensi viral. Strategi marketing sederhana ini menjadi fondasi awal penetrasi mereka ke pasar anak muda.
Selain nama, mereka juga unggul dalam inovasi. Gen-Z dikenal cepat bosan dan gemar eksplorasi kuliner. Pecel Ayam Goyang Lidah menjawab tantangan ini dengan tidak hanya menyajikan ayam goreng sambal pecel tradisional, tetapi juga varian sambal kekinian seperti sambal matah dan sambal terasi, menawarkan banyak pilihan sesuai selera.
Perhatian pada detail juga terlihat pada kemasan. Alih-alih bungkus seadanya, mereka menggunakan kemasan kotak kertas ramah lingkungan yang higienis dan mudah dibawa. Kemasan ini didesain menarik, dengan cup terpisah untuk sambal dan nasi yang dibulatkan, menambah kesan higienis dan mendorong nafsu makan pelanggan. Semua dengan harga yang tetap ramah di kantong mahasiswa, yakni Rp12 ribu per porsi sudah pakai nasi. Inilah yang membuat warung ini menjadi andalan anak kos.
Promosi "Dari Gen-Z, Untuk Gen-Z"
Kunci sukses penting lainnya adalah strategi promosi yang unik. Ibu Mery, sang pemilik, dengan jujur mengakui fokus utamanya adalah menjaga kualitas rasa, sehingga ia mendelegasikan urusan promosi kepada karyawan muda dari kalangan Gen-Z. Dalam wawancara pada 10 September 2025, Ibu Mery menyatakan, "Ante merekrut karyawan yang muda-muda atau Gen-Z. Tentunya dia lebih paham akan promosi, tugas ante hanya bagian cita rasa."
Pembagian peran ini sangat efektif: Ibu Mery menjamin kualitas rasa yang konsisten, sementara karyawan muda mengelola media sosial dengan memposting foto dan video singkat yang relevan. Ditambah lagi, mereka memberikan pelayanan maksimal. Murah senyum, ramah tamah, dan penampilan yang apik. Pemberian bonus es teh di hari tertentu, seperti hari Jumat, juga menjadi sentuhan manis yang meningkatkan loyalitas pelanggan.
Dampak Positif dan Pelajaran Marketing
Kehadiran Pecel Ayam Goyang Lidah tidak hanya menguntungkan pemilik, tetapi juga memberikan dampak sosial positif. Usaha ini secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan bagi anak muda lokal dan sangat membantu kebutuhan mahasiswa kos yang sering kesulitan mencari makanan enak, bergizi, dan terjangkau tanpa perlu repot memasak. Warung ini juga berfungsi sebagai pusat interaksi sosial tempat mahasiswa berkumpul, berdiskusi, dan melepas penat.
0 Comments