P2TP2A Limpapeh Rumah Nan Gadang: Perangi Kekerasan, Lindungi Perempuan dan Anak di Sumbar

Foto bersama tim P2TP2ALimpapeh Rumah Nan Gadang Sumbar bersama Kak Seto, pemerhati anak yang turut menjadi nara sumber dalam rakor yang berlangsung Rabu (14/5) Ist

PADANG - "Keluarga yang kuat adalah benteng pertama melindungi perempuan dan anak dari kekerasan." Penegasan ini datang dari Ny. Hj. Harneli Mahyeldi, Ketua P2TP2A Limpapeh Rumah Nan Gadang, di tengah meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Sumatera Barat. Lembaga yang dipimpinnya, yang merupakan mitra strategis Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, hadir sebagai garda terdepan dalam upaya pencegahan dan penanganan masalah serius ini.

P2TP2A Limpapeh Rumah Nan Gadang fokus pada layanan preventif dan edukatif, dengan tujuan utama meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak melalui edukasi, advokasi, dan kemitraan. "Kami berupaya menumbuhkan kesadaran publik untuk mencegah kekerasan dan membangun sistem perlindungan yang kuat di tengah masyarakat," ujar Ny. Hj. Harneli Mahyeldi, dalam rapar koordinasi dan peningkatan kapasitas pengurus P2T2A Limpapeh Rumah Nan Gadang bersama kabupaten/kota di Auditorium Gubernuran, Rabu (14/5). 

Peran P2TP2A dalam Melindungi dan Memberdayakan

Lembaga ini memiliki peran krusial dalam:

Memberdayakan perempuan dan melindungi anak-anak yang rentan serta menjadi korban tindak kekerasan.

Mengadvokasi upaya pencegahan kekerasan.

Membina dan mengkoordinasikan P2TP2A di seluruh kabupaten/kota di Sumbar.

Meningkatkan kapasitas SDM P2TP2A.

Mensosialisasikan peraturan perundang-undangan terkait ketahanan keluarga, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak.

Menyediakan KIE tentang ketahanan keluarga.

Peningkatan Kasus Kekerasan Mengkhawatirkan

Data dari berbagai sumber menunjukkan peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Sumatera Barat. Pada tahun 2024, tercatat 795 kasus kekerasan terhadap perempuan dan 1.051 kasus kekerasan terhadap anak. Hingga 13 Mei 2025, 7.529 kasus kekerasan terhadap perempuan telah dilaporkan. Jenis kekerasan yang terjadi pun beragam, termasuk kekerasan seksual, penelantaran, kekerasan ekonomi, fisik, dan psikis.

Menurut Ny. Hj. Harneli Mahyeldi, faktor-faktor seperti pola asuh yang salah, stereotip gender yang kaku, masalah ekonomi, budaya patriarki yang kuat, serta pengaruh lingkungan dan media yang negatif menjadi penyebab utama terjadinya kekerasan dalam keluarga.

P2TP2A Siapkan Strategi Komprehensif

Untuk mengatasi masalah ini, P2TP2A Limpapeh Rumah Nan Gadang menerapkan strategi komprehensif yang meliputi:

Penguatan fungsi keluarga sebagai pilar utama perlindungan.

Pendidikan yang tepat bagi orang tua.

Pelibatan aktif ayah dalam pengasuhan anak.

Pembangunan sistem dukungan sosial yang kuat.

Peningkatan akses masyarakat terhadap layanan P2TP2A.

Penguatan kader perlindungan perempuan dan anak di tingkat nagari.

Kolaborasi erat dengan forum anak, bundo kanduang, dan lembaga adat.

Digitalisasi layanan informasi dan konsultasi untuk menjangkau lebih banyak orang.

Kampanye besar "Sumbar Nol Kekerasan" untuk meningkatkan kesadaran publik.

Harapan untuk Keluarga dan Masyarakat

Ny. Hj. Harneli Mahyeldi menekankan bahwa pencegahan kekerasan adalah tanggung jawab bersama. "Semua anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawab untuk menciptakan rumah yang aman dan penuh kasih. Melindungi perempuan dan anak bukan hanya tugas pemerintah, tetapi panggilan kemanusiaan," tegasnya.

Ia mengajak seluruh masyarakat Sumatera Barat untuk mendukung peran P2TP2A Limpapeh Rumah Nan Gadang sebagai "pelita edukasi dan benteng preventif" dari kekerasan. "Jangan biarkan satu anak pun tumbuh dalam ketakutan, atau satu ibu pun hidup dalam luka yang disembunyikan," pungkasnya dengan penuh harap.



0 Comments