Elfindri UNAND
X-talent merupakan dimensi keterampilan yang terasah semenjak kecil sampai dewasa. Generasi yang X-talent kepemimpinannya terbangun, mampu memulai, melaksanakan ide dan ilmunya dalam bentuk aksi.
X-talent tidak terhenti hanya sampai ada gagasan (what to do), dan mewujudkan gagasannya menjadi aktivitas yang bermanfaat. Baik secara ekonomi maupun sosial dan agama.
Jika seseorang intelektualitasnya bagus, maka itu merupakan potensi untuk mampu bersikap apa yang akan dikerjakan. Mendalami teori akan melahirkan banyak mereka yang akan jadi intelektual. Memeroleh ilmu di dalam kelas saja akan tidak lengkap bilamana tidak disertai dengan memperolehnya dalam proses kehidupan.
Setelah intelektual terbangun, syarat lain adalah menuntut kejujuran yang tinggi, mampu mengkomunikasikan secara baik, dan mampu berkolaborasi dengan orang lain. Semua aspek ini masuk ke dalam unsur emosional seseorang. Emosional melahirkan charakter untuk lahirkan siapa yang akan laksanakan (who to do).
Biasa yang karakter terbangun masih ada satu tahap lain yang penting yakni melaksanakan aksi, bergerak, mewujudkannya dalam bentuk yang bernilai.
Hebat ilmu intelektual, dan hebat karakter masih ada yang diperlukan unsur lain sprituality yang terbangun. Beriman dan berbuat baik, agar kelak mereka diberi kemudahan dalam memperoleh ilmu atas kuasa-Nya.
Kita sering memperoleh ilmu dari urutan Daniel Coleman, cognitive dan character, tambah sprituality yang terasah secara baik. Coleman tidak memasukan unsur spritual, belakangan disadari sprituality adalah bagian dari modal bangsa "spritual as capital".
Pertanyaannya kenapa masih belum mantap dalam tidak dan gerakan sekalipun unsur unsur itu dikondisikan mampu untuk diperoleh pada setiap anak bangsa?
Jawabanya bisa jadi jarang ditemukan hebatpun spritual, hebatpun emosional, hebatpun ilmuan, kalau dia hanya di atas kertas tentu tidak jadi.
Dalam kaitan ini perlu diperiksa apakah unsur unsur membangun dan menyiapkan manusia telah dilengkapi dengan kebiasaan untuk melaksanakan?
Joseph Schumpeter adalah salah seorang ekonom yang menggagas sangat penting melahirkan individual yang berani melaksanakan pemikiran pemikiran bernasnya untuk mengatasi masalah. Penggagas jiwa enterpreuneral yang mesti dimiliki seseorang dimanapun berada dan apapun status pekerjaanya.
Pemikiran Schumpeter tidak saja selesai dengan pendidikan formal, atau melalui training singkat. Namun dia bisa terbangun dalam pembiasaan hidup, pembiasaan melalui berbagai masa baik dan masa sulit. Karena rintangan yang semakin berat akan membentuk kepribadian yang tangguh.
Unsur X-talent ini yang membuat kita tertinggal dengan etnis lain, seperti China dalam menguasai ekonomi. Kita banyak yang minus aksi, minus X talent. Banyak berpangku tangan dan terlalu banyak ide yang mengendap.
BUMN kita banyak yang bangkrut karena minus X talent, Ilmuan kita banyak yang menghasilkan teori, sedikit uang bisa sampai diterapkan menjadi innovasi seperti pandangan Schumpeter. Pemda pemda kita lamban bekerja karena langka pimpinan yang sekaligus menguasai operasoonalisasi ide. Semua menjadi tantangan terbesar bangsa kita.
Umat Islam memerlukan X talent, agar mereka tidak ketinggalan dalam mengisi dan berkarya dalam proses pembangunan.
0 Comments