Mahasiswa UNP Luncurkan Pilot Project Program Agribisnis Komoditas Unggulan di Mentawai

 Mahasiswa UNP yang ikut program pengabdian masyarakat ke Mentawai foto bersama dengan masyarakat Mentawai usai membuat aneka olahan makanan dari talas. Ist
MENTAWAI- Lima mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), bidang Pengabdian Masyarakat (PM) meluncurkan program yang unik untuk memperkuat ketahanan pangan. 

Selain itu juga meningkatkan jiwa wirausaha ibu-ibu Dasawisma PKK di Sipora Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Program yang dilaksanakan diberi nama Agribisnis Integratif Talas. Sesuai namanya, program ini terdiri dari subsistem agribisnis dari hulu ke hili. Program  dilaksanakan sebagai upaya membangun pondasi wirausaha untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Mentawai dengan optimalisasi talas sebagai komoditas pangan lokal.

Tim PKM yang diberi nama Mentaro ini diketuai oleh Amanda Elza Pratiwi (Biologi 2020) dan beranggotakan Rendi Prayoga (Geografi 2019), Alda Deria (Pendidikan Biologi 2020), Aufa Rafiqi (Biologi 2020), dan Muhammad Zikri (Biologi 2020), dengan dosen pendamping Siska Alicia Farma, S.Pd., M.Biomed., Dosen Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang (FMIPA UNP).

Program ini berawal dari pengalaman salah satu anggota tim, yaitu Rendi Prayoga yang melihat potensi tanaman talas sebagai sumber daya pangan lokal yang sangat melimpah di Kepulauan Mentawai. Sayangnya potensi itu belum banyak dimanfaatkan oleh penduduk lokal.

“Berawal dari kegiatan pengabdian tahun 2022 lalu, kami melihat keunikan wilayah Kepulauan Mentawai yang memiliki potensi Talas yang melimpah. Sayang belum banyak dimanfaatkan sebagai produk olahan pangan untuk menunjang sumber pendapatan masyarakat”, kata Rendi, dalam pers rilisnya yang diterima Selasa (29/8).

Dikatakannta, masyarakat Mentawai menyebut talas dengan sebutan gette. Terdapat dua jenis gette yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Mentawai. Jenis gette tersebut yaitu Palapa dan Sikopkop/Siroti. Palapa memiliki warna lebih merah dan aroma yang lebih harum dari jenis gette yang lain. 

Gette biasanya ditanam di tanah kering. Sedangkan Sikopkop/Siroti memiliki ukuran umbi besar dan biasanya tumbuh subur di rawa-rawa maupun tanah kering.

“Program yang kita buat berfokus pada optimalisasi talas untuk memperkuat jiwa wirausaha dan ketahanan pangan masyarakat Mentawai. Itu terdiri dari  tiga subsistem program. Kami juga menyusun kurikulum program pembelajaran untuk memperluas penggerak Dasawisma PKK di wilayah lain dalam menerapkan program kami di wilahnya masing-masing,” kata Amanda.

Sementara, talas Mentawai saat ini telah diolah menjadi aneka makanan seperti Subbet (makanan khas Mentawai), tepung talas, selai talas, keripik talas, serundeng talas, dan bolu lapis talas. YL

0 Comments