Penerapan Full Day School di Padang Berdampak pada Aktivitas Mengaji, Begini Respon Ketua LKAAM Sumbar

Aktivitas MDTA Al-Isnadiyah Masjid Nurul Ikhlas di Aspol Jati, Kelurahan Jati Baru, Kota Padang terlihat sepi.

PADANG–Penerapan Full Day School (FDS) di tingkat SD dan SMP di Kota Padang berdampak aktivitas belajar mengaji di sejumlah madrasah di kota ini bakal sepi.

Seperti yang terjadi di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Al-Isnadiyah Masjid Nurul Ikhlas di Asrama Polisi (Aspol) Jati, Kelurahan Jati Baru, Kota Padang.

Terlihat usai menunaikan ibadah salat ashar, satu per satu siswa memasuki ruang kelas untuk mengikuti pelajaran di Madrasah diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Al-Isnadiyah Masjid Nurul Iklas Aspol Jati, Kelurahan Jati Baru, Padang.

Tidak seperti biasa, bangku-bangku di lokal MDTA yang dilengkapi pendingin udara ini tidak dipenuhi siswa. Tidak lebih dari 10 siswa berada di lokal untuk mengikuti pelajaran mengaji di MDTA yang memiliki 4 lokal dan 60 siswa ini.

“(Mulai) langangnya surau kami,” itulah ungkapan tersirat saat bertemu dengan Kepala MDTA Al-Isnadiyah Masjid Nurul Iklas Aspol Jati, Kelurahan Jati Baru, Padang Faizal.

Di sebuah lokal hanya ada tujuh siswa yang mengikuti pelajaran dari daya tampung rombongan belajar (rombel) sebanyak 14 orang.

Hal ini tentu berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. “Tiap lokal bisa menampung sebanyak 14 rombel, sekarang mulai berkurang. Kita lihat saja, hanya tujuh siswa yang mengikuti pelajaran” ucap Faizal.

Faizal menjelaskan sepinya siswa yang belajar di MDTA disebabkan pada saat ini beberapa sekolah telah menerapkan FDS di sekolah. Alhasil terjadinya bentrok waktu dengan jam pelajaran di MDTA. “Akibat FDS, siswa pulang menjelang sore. Tentu akan bentrok dengan jadwal pembelajaran di MDTA,” jelasnya.

Faizal menerangkan, jika waktu pembelajaran di geser selepas magrib, tentu akan merepotkan bagi siswa itu sendiri. 

“Mereka akan kelelahan jika belajar di MDTA selepas Magrib, apalagi siswa-siswa akan membuat Pekerjaan Rumah (PR) yang diberikan sekolah,” jelasnya.

Faizal meminta Pemko Padang melalui Dinas Pendidikan untuk mengkaji ulang penerapan FDS di Kota Padang.

Pasalnya, saat ini Pemko Padang menerapkan setiap tamatan SD yang akan melanjutkan studi ke SMP harus melengkapi dengan ijazah pandai baca tulis Al Quran yang dikeluarkan Madrasah Ibtidaiyah, dan TPA (Taman Pendidikan Al Quran).

“Hal ini diatur dalam Perda Nomor 6 tahun 2003. Jadi kalau FDS tidak disesuaikan dengan jadwal mengaji di MDTA, berpeluang MDTA tidak akan memiliki siswa lagi, dan surau kami akan mati,” jelasnya.

Faizal menjelaskan, di MDTA mata pelajaran yang diberikan adalah Al Quran, Hadist, Akidah Akhlak, Fikih, sejarah Islam dan Bahasa Arab.

“Terdapat tujuh mata pelajaran yang diajarkan selama 4 tahun menimba ilmu di MDTA. Semua mata pelajaran tersebut, tidak lengkap diberikan di sekolah. Jika MDTA tutup karena tidak ada siswa, tentu rumah ibadah pun sepi dari anak-anak. Saat ini kita dituntut memberikan Agama Islam sebagai bekal bagi generasi bangsa,” ungkapnya.

Terpisah, Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar, Fauzi Bahar, Dt Nan Sati menjelaskan, pendidikan agama wajib pada saat ini.

“Perlu penyesuaian waktu dengan pembelajaran di sekolah dengan pendidikan agama di MDTA agar tidak bentrok. Apalagi pada saat ini pendidikan agama sangat penting bagi generasi penerus bangsa,” tutupnya. SR

0 Comments