Kelok 44 Kian Merana, Begini Kondisinya Sekarang

Kondisi jalan di Kelok 44 beberapa waktu lalu.Ist


AGAM – Kelok 44 ibarat sosok yang mama. Serba berkekurangan. Tak ada daya dan upaya. Di saat yang lain bersolek menyambut Idul Fitri, Kelok 44 hanya pasrah dengan nasib.


Tahun ke tahun bertahan dengan kelusuhannya, tak berusaha bersolek, berbedak, atau berdandan.


“Kelok 44 seperti anak yang tidak terurus saja. Tidak punya daya dan upaya mempersolek diri menyambut para penikmatnya. Ibarat anak bujang yang ingin melihat gadis pujaan yang sudah lama tidak bertemu, kita jadi tidak berselera. Hambar perasaan ini,” kata Anwar, pengemudik, Kamis (5/5).


Menurut Anwar, selama ini ia sering bercerita rancaknya kelok 44 sebagai salah satu ikon wisata Sumatera Barat kepada keluarga di rantau atau pada kenalannya.


Beberapa tahun terakhir hanya bisa melihat foto yang ada di internet. Ia dan keluarga tidak bisa pulang dari perantauan karena pembatasan mudik.


“Setidaknya sudah sekitar tiga tahun saya tidak pulang. Berharap melihat anak gadis cantik, yang bertemu malah sosok yang lusuh. Menyesal kita merindui,” tukuk Anwar yang mengaku merantau ke Kalimantan.

 

Pantauan di lapangan nyaris tidak bertemu kemeriahan di Kelok 44. Ribuan lobang berserakan di ruas jalan tersebut.


Dihindari satu lobang, masuk ke mulut lobang lain. Parahnya, pada beberapa titik kerumunan lobang tersebut berada di pendakian yang terjal.


“Harusnya kita bisa sedikit memacu laju kendaraan untuk mendaki. Terpaksa menahan dan sering pakai gigi satu. Lelah mobil ini karenanya,” gerutu Khairul, pengendara lain.


Tak hanya itu, pohon-pohon kecil ataupun semak-semak yang ada di dinding jalan tersebut seperti tidak terjamah menyambut Idul Fitri.


Tak terlihat bekas pemotongan untuk mempercantik diri. Mereka bebas tumbuh ke arah yang mereka sukai.


Pun demikian dengan aksesoris kelok-kelok seperti cermin cekung seperti tak terurus. Pada beberapa titik cerminnya sudah tak ada berbekas. Tinggal sarangnya saja. Sebagian lainnya, ada cermin tetapi terlihat kusam. Alhasil, agak kurang jelas membantu pengemudi melihat lawan dari arah berlawanan.


“Di saat ketiadaan aparat yang membantu mengatur lalu lintas. Cermin cekung menjadi tumpuan. Sayang, jumlahnya tidak lengkap,” lagi Khairul.


Plang nomor kelok-kelok sebagai aksesoris lain juga terlihat tidak seluruhnya bersinar. Bebeapa tulisan angka sudah terkikis. Bahkan ada juga yang tertutup dengan daun-daunan.


Anto, warga Matur, mengaku hampir setiap hari melewati ruas jalan yang menghubungkan Kecamatan Matur dan Kecamatan Tanjung Raya tersebut. Anto mengatakan memang tidak melihat pembenahan berarti pada ruas jalan tersebut menjelang Idul Fitri tahun ini.


“Biasanya pembenahan dilakukan ketika ada kegiatan Tur de Singkarak. Lobang-lobang jalan di tutup, tumbuhan-tumbuhan di dinding tebing dirapikan. Taman-taman dipercantik. Tetapi beberapa tahun terakhir tidak ada lomba sepeda yang banyak bule itu,” Anto menerangkan. HR

0 Comments