Dirjen Vokasi : Orangtua, Jangan Paksa Anak Memilih Jurusan di Luar Keinginannya


Suasana zoom metting peserta program Jurnalis Peduli Pendidikan Angkatan IV. Ist


PADANG-Ketika lulus sekolah dan ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, orangtua seringkali meminta anaknya mengambil jurusan yang sesuai keinginan mereka. Padahal setiap anak punya passion sendiri, hingga mereka merasa nyaman saat menimba ilmu di kampus.


Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Wikan Sakarinto, meminta para orangtua tidak memaksa anak-anaknya ketika memilih jurusan saat kuliah.


"Passion seseorang itu panggilan hati. Jadi jangan paksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan passionnya. Para orangtua, ayo arahkan anak menimba ilmu sesuai keinginannya bukan karena pilihan diri sendiri," terang Wikan yang menjadi nara sumber dalam program Fellowship Jurnalis Pendidikan Angkatan IV, yang diselenggarakan oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan berkolaborasi dengan PT Paragon Technology and Innovation, Senin (28/3/2022).


Diceritakannya, saat kuliah dia mengaku, salah pilih jurusan. Jurusan yang dia pilih teknik mesin, sesuai permintaan ayahnya. Mulai dari pendidikan D3, S1, S2 hingga S3, Wikan memilih jurusan Teknik Mesin. 


Ilmu yang dia miliki tak dimanfaatkan untuk diri sendiri. Terbukti ketika mobil mogoknya atau barang elektronik di rumah yang rusak, dia justru merasa stres.


"Saya masuk teknik mesin karena permintaan ayah. Ayah saya lulusan Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM). Makanya ayah saya meminta anaknya juga memilih teknik mesin," ungkap Wikan.


Padahal kata Wikan, dia memiliki passion di bidang multimedia atau olahraga. Namun dia urung memilih jurusan yang sesuai passion-nya, karena dulu jika memilih prodi perfilman dianggap kurang memiliki prospek bagus jika dibandingkan menjadi seorang insinyur.


"Akhirnya saya bergeser ke YouTuber, bikin konten, bikin TikTok saya edit sendiri karena memang passion saya bikin film," terang pria kelahiran Jogyakarta 17 Maret 1975 itu.


Wikan berharap, calon mahasiswa tidak menjadi seperti dirinya agar tidak salah pilih jurusan. Memilih suatu prodi, kuliah sampai tinggi tapi karena tidak sesuai passion, ilmu yang diperoleh tidak banyak terpakai.


Dalam program FJP Angkatan IV itu Wikan memaparkan materi dengan tema “Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Pendidikan Vokasi untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045”.


Pendidikan Vokasi


Direkotarat Jenderal Pendidikan Vokasi (DIKSI) RI, mengelola banyak dunia pendidikan vokasi. Mulai jenjang SMK, perguruan tinggi hingga lembaga kursus pelatihan di Indonesia. Keberadaan lembaga pendidikan itu diharapkan mampu mencetak lulusan berkompetensi dan siap kerja di dunia industri.


Data Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, pada 2019, terdapat sebanyak 2,2 ribu pendidikan tinggi vokasi. Terdiri politeknik, akademi komunitas, akademi serta universitas, institut dan sekolah tinggi yang memiliki prodi vokasi D1, D2, D3 hingga S3T. Kemudian SMK vokasi jumlahnya 14 ribu, kursus dan pelatihan. Kemudian kemitraan dan penyelarasan DUDI serta tujuh Balai Besar PPMPV (Balai Besar Vokasi).


"Pendidikan vokasi ini akan menjadi kekuatan ekonomi nasional melalui peningkatan kompetensi peserta didik, yang selaras dengan dunia usaha dan dunia kerja," kata Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia)Wikan Sakarinto.


Dijelaskan Wikan, integrasi pendidikan vokasi dan dunia kerja harus dilaksanakan melalui link and macth 8 + I. Tidak hanya berupa seremoni MoU tapi juga dengan delapan point yang telah dirancang Kementerian Pendidikan RI. 


Delapan point itu adalah 1. Kurikulum disusun bersama. Termasuk penguatan aspek softskill dan karakter kebekerjaan untuk melengkapi aspek hardskill yang sesuai kebutuhan dunia kerja. 2. Pembelajaran berbasis project rill dari dunia kerja. 3. Jumlah dan peran guru, dosen, instruktur dari industri ahli dari dunia kerja. 4. Magang atau prkatik kerja di dunia kerja. 5. Sertifikasi kompetensi yang sesuai standar dan kebutuhan dunia kerja. 6. Dosen, guru dan instruktur secara rutin mendapatkan update teknologi dan pelatihan dari dunia kerja. 7. Riset terapan mendukung teachin factory, teaching industri yang bermula dari kasus atau kebutuhan nyata industri atau masyarakat. Point ke-8. Berkaitan dengan komitmen serapan lulusan oleh dunia kerja. YL



0 Comments