Seniman Sumbar Bergerak Bantu Korban Galodo Marapi, Lewat Seni Menyentuh Jiwa Menggerak Raga

Suasana lomba mewarnai yang diselenggarakan Sanggar Gaung Ekspose
 di Taman Budaya Sumbar, Sabtu (25/5/2024).  Ist


PADANG-Banyak cara dilakukan orang untuk membantu saudara yang terdampak bencana alam. Seperti korban bencana galodo Marapi yang terjadi dua pekan lalu. Berbagai instansi, lembaga, perusahaan, organisasi dan lainnya bahu membahu menyalurkan bantuan. 

Diakhir pekan kemarin kalangan seniman Sumbar dari Sanggar Gaung Ekspose melakukan aksi sosial. Caranya dengan menggelar pertunjukan seni bertajuk "Menyentuh Jiwa Menggerak Raga" di Taman Budaya Sumbar pada Sabtu (25/04/2024).

Pertunjukan ini bukan sekadar hiburan, melainkan sebuah wadah untuk menggugah nurani dan membangkitkan kepedulian, terutama pada anak-anak yang terdampak bencana. Banjir bandang dan longsoran lahar dingin Gunung Marapi telah merenggut banyak hal, termasuk keceriaan mereka.

Acara ini melibatkan anak-anak dalam berbagai pertunjukan, seperti pembacaan puisi "Sumbar Berduka" oleh Mikaylo Wanageeska Prabawa yang menawan hati para penonton dan lomba mewarnai bagi murid TK di Kota Padang.

Sanggar Gaung Ekspose sendiri berdiri tahun 1986 dengan berbagai kegiatan menggali potensi dan mengembangkan bakat kanak-kanak dan remaja. Kolaborasi pertunjukan peduli bencana ini, juga melibatkan kanak-kanak.

Tujuannya, agar nurani mereka ikut tergugah dan sekaligus membangkitkan kepedulian kanak-kanak atas musibah yang menimpa kanak-kanak sebayanya. Banjir bandang dan longsoran lahar dingin Gunung Marapi telah memprakporandakan kampung mereka.

“Kegiatan yang kita gelar ini melibatkan anak-anak, seperti pembacaan puisi untuk anak-anak dan remaja dan lomba mewarnai dengan peserta murid TK di Kota Padang,” kata Pendiri dan Pimpinan Sanggar Gaung Ekspose, Anita Dikarina.

Penampilan salah seorang peserta baca puisi, Mikaylo Wanageeska Prabawa, siswa Kelas 1 SD Muhammadyah 1 Padang, sungguh membuat hadirin terpaku, larut dalam setiap kata yang diucapkannya. Puisi berjudul “Sumbar Berduka” karya Anita Dikarina, menggoreskan makna mendalam dalam sanubari setiap orang yang mendengarnya.

“Saya suka baca puisi sejak kecil dan sekarang belajar di sanggar Oma Rina,” ujar bocah tampan itu.

Untuk lomba mewarnai diikuti sekolah Taman Kanak-kanak (TK) yang tergabung IGTK Kota Padang. Mereka berkreasi sambil bermain dengan warna-warna pada yang disediakan, berupa gambar gunung yang sedang meletus.

“Lomba mewarnai ini pemenangnya mulai dari Juara 1, 2, 3, adalah Surya Zuyina, Syakira Fadia Lubis, Clemira Daisha Zaka, serta Juara Harapan 1, 2, dan 3 adalah Azfer Basyar Alfahriy, Keana Wainoa Prabawa dan Dion Hanin Nugrah,” terang Rina.

Selain itu, juga ada pameran lukisan seni karya AI oleh Armunadi dan Anita Dikarina. Ada 10 lukisan yang menggunakan efek AI yang menampilkan potret daerah yang dilanda bencana lahar dingin. Meski demikian, anak-anak terdampak bencana tak boleh kehilangan keceriaannya, tak boleh larut dalam duka orangtuanya.

“Melalui lukisan ini, kita mengingatkan semua orang tentang hak-hak anak. Meski mereka tinggal di pengungsian dengan segala keterbatasan, tetapi mereka harus tetap bisa bermain dan tertawa dengan teman-teman sebayanya,” terang Rina didampingi Armunadi.

Salah satu lukisan Armunadi yang juga seorang kritikus seni memotret kesenduan wajah seorang ibu yang dikepalanya menjunjung gunung yang tengah memuntahkan lahar dingin.

“Ini potret seorang ibu yang sedang bersedih dan menangis yang digambarkan dari lahar dingin yang mengalir,” katanya.

Juga tampil musikalisasi puisi oleh D-Judis dan Armeynd Sufhasril. Di akhir pertunjukkan, Komunitas Seni Peduli dan sponsorship, menyerahkan bantuan yang digalang untuk para korban terdampak galodo Marapi. Bantuan berupa makanan siap saji, pakaian layak pakai, beras 25 Kg dan paket untuk anak-anak. YL

0 Comments