Terkait Kasus Ginjal Akut, IDAI Sumbar Imbau Orangtua Perhatikan Buang Air Kecil Anak

 

Istimewa


PADANG-Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumbar, Dr. dr. Finny Fitry Yani, Sp.A(K), meminta para orangtua yang memiliki anak terutama usia balita untuk memerhatikan Buang Air Kecil (BAK). Sebab banyak kasus yang terjadi di Sumbar, pasien yang diduga terjangkit ginjal akut tubuhnya membengkak karena tidak BAK berhari-hari.

"Kami harapkan orangtua lebih awas untuk kesehatan anak-anaknya usia balita. Mungkin bisa dikatakan hal-hal kecil namun sangat penting sebagai antisipasi dari kasus ginjal akut misterius ini," terang Finny, saat konferensi pers Kamis (20/10) di Aula Kantor Dinas Kesehatan Sumbar. 

Dijelaskannya, hingga saat ini belum bisa diketahui penyebab kasus ginjal akut pada anak di Indonesia. Untuk itu dia menyarankan ketika anak demam, tidak lagi mengkonsumsi paracetamol sirup yang selama ini diberikan pada anak saat demam. 

"Jadi ketika anak sudah terlihat gejala demam, segera kompres dengan air hangat. Kemudian kasih banyak minum secara berkala. Jangan beli obat sembarangan secara bebas. Jika masih demam hingga hari kedua baru bawa ke puskesmas terdekat," terangnya.

Menurutnya, kasus ginjal akut anak yang diduga dipicu paracetamol sirup, diharapkan tidak direspon secara berlebihan oleh para orangtua. Meski demikian juga tak boleh dianggap enteng.

"Pada intinya tingkatkan kewaspadaan. Jika ada hal-hal yang mengarah seperti gejala yang disebutkan ahli, maka segeralah ke dokter," bebernya.

Gejala gangguan ginjal akut, selain demam, batuk dan pilek yang harus diwaspadai orangtua adalah diare, mual ,muntah, sering mengantuk serta jumlah air seni/air kecil semakin sedikit. Kondisi itu yang menyebabkan tubuh sembab karena ginjal tidak berfungsi.

Spesilis Anak Senior, DR. dr Aumas Pabuti, memaparkan terjadi peningkatan kasus yang luar biasa pada pasien ginjal dibanding sebelum munculnya kasus ginjal akut misterius tersebut.

"Biasanya dalam sebulan itu hanya ada satu atau dua kasus pasien ginjal saja. Tapi pada Juli 2022 ada 10 kasus. Lalu kasus terus bertambah hingga menjadi 22 kasus. Kondisi itu menjadi pertanyaan kami para dokter dan terjadi diseluruh Indonesia," kata Aumas. 

Lalu, muncul kekuatiran setelah keluarnya edaran Kemenkes RI, yang melarang pemberian paracetamol sirup pada anak. Diduga obat panas yang sudah disejak lama tidak boleh lagi diberikan pada pasien anak.

"Kami para dokter binggung saat edaran Menkes yang melarang paracetamol sirup anak tak boleh lagi diberikan pada pasien anak. Lalu apa yang harus diberikan, sedangkan kasus demam sekarang ini meningkat tajam," bebernya.

Pada kesempatan itu Konsultan Ginjal Anak itu, juga mengingatkan para orangtua yang anaknya masih memakai pempers juga memperhatikan BAB dan BAK anaknya. Jika dalam kurun waktu lima hingga tiga jam tidak buang air kecil patut dicurigai. Apalagi saat mereka demam, batuk dan pilek.

"Ada kasus anak yang parah di RSUP M. Djamil, berhari-hari tidak buang air kecil hingga tubuhnya membengkak," terangnya.

Sementara, untuk sementara waktu, jika ada pasien anak dengan kasus demam tinggi, sebut Aumas, akan diberikan paracetamol kapsul yang diolah jadi puyer. 

Hingga saat ini terdapat 22 kasus anak yang diduga terjangkit ginjal akut misterius di Sumbar. Dari jumlah itu 12 orang diantaranya meninggal dunia. YS/YL



0 Comments