Lafaz Asmaul Husna Anak Mentawai Menggetarkan Jiwa

Sima membaca Asmaul Husna di hadapan Direktur Tindak Pidana Narkotika dan Zat Adiktif Kejaksaan Agung RI Darmawel Aswar, SH, yang berkunjung ke panti Asuhan Khusus Anak Mentawai, Gurun Laweh Padang beberapa waktu lalu. Yuke


PADANG-Lafaz Asmaul Husna begitu merdu dari mulut Sima (17). Bergetar jiwa mendengarnya. Nama-nama Allah disebut dengan indah tanpa terputus. Gadis bermata sipit itu mengumandankan Asmaul Husna di hadapan


Direktur Tindak Pidana Narkotika dan Zat Adiktif Kejaksaan Agung RI Darmawel Aswar, SH, yang berkunjung ke panti Asuhan Khusus Anak Mentawai, Gurun Laweh Padang beberapa waktu lalu.


Sima satu dari puluhan anak Mentawai yang dibesarkan di Panti Asuhan Khusus Anak Mentawai, Gurun Lawasan Padang. Di sana dia dan puluhan anak asal daerah kepulauan itu belajar Islam. Seperti mengaji, shalat, belajar sejarah islam, ilmu umum dan lain sebagainya.


Gadis kelahiran 10 Januari 2004 itu memilih masuk Islam pada 2017 karena keinginan sendiri tanpa dipaksa orang lain.


"Saya mengucapkan syahadat di panti saat usia 14 tahun. Saat itu saya baru tamat SD," kata Sima yang kepada Singgalang, membuka cerita.


Anak Panti Asuhan Khusus Mentawai, Gurun Laweh Padang, bersalaman dengan rombongan Alumni Fakultas Hukum Unand angkatan 85 yang berkunjung ke panti tersebut beberapa waktu lalu.


Meninggalkan kampung halamannya di Simalegi Tengah Kabupaten Mentawai adalah sesuatu yang sangat berat baginya. Namun demi menuntut ilmu dan mengurangi beban orangtua dia berangkat ke Padang. Ayahnya seorang buruh tani sedangkan sang ibu seorang ibu rumah tangga. Tak mungkin dia melanjutkan pendidikan lebih tinggi di kampung, dengan segala keterbatasan. Makanya di usia 14 tahun dia berangkat menuju ibukota provinsi Sumbar guna mewujudkan mimpi, dengan menuntut ilmu. Khususnya ilmu agama Islam, yang bermula diketahui Sima dari kakaknya yang lebih dulu memeluk Islam.


Berbilang tahun, sejak meninggalkan kampung Sima tumbuh menjadi gadis belia. Selama itu dia terus memperdalam ilmu agama Islam di panti bersama puluhan anak lainnya. Hingga dia mampu membaca Al-quran dengan lafaz indah. Mereka diawasi dan dipandu pimpinan panti dan para guru yang ada.


"Alhamdulillah, bacaan Alquran saya dari waktu ke waktu terus ada perbaikan. Ini sebuah nikmat Allah untuk saya," ujar anak ke-empat lima saudara itu.


Saat ini Sima tercatat sebagai siswi SMA Darul Ma'arif Padang. Kelak jika tamat dia ingin melanjutkan pendidikan di universitas. Sima ingin mewujudkan mimpinya sebagai seorang dokter.


"Jika diizinkan Allah saya ingin membangun rumah sakit di kampung halaman. Sebab di kampung untuk berobat jauh sekali. Kami harus menempuh lautan luas baru bisa ke rumah sakit," ujarnya.


Harapan besar lain yang ingin diwujudkannya, membawa ayah dan ibunya memeluk agama Islam.


"Harapan saya, semoga ayah dan ibu juga memeluk agama Islam. Insyaallah," ujarnya.


Islam adalah agama baru bagi sebagian besar anak di Panti Asuhan Khusus Mentawai. Mereka sebelumnya beragama non muslim. Kemudian karena keterbatasan ekonomi mereka diserahkan orangtua masing-masing ke panti untuk didik dan memeluk agama Islam.


Foto bersama


"Di sini (panti-red)sekitar 98 persen sebelumnya non muslim. Sekarang mereka sudah mualaf dan terus kami didik menjadi seorang muslim yang insyaallah istiqomah menjalankan ajaran Islam," terang Pimpinan Panti Asuhan Khusu Anak Mentawai Gurun Laweh Padang, Joni Kusma.


Dijelaskannya, panti tersebut berdiri pada tahun 1985. Selama itu panti berjalan dengan penuh dinamika, hingga pernah hampir bangkrut karena sebuah konflik. Lalu dia yang telah meninggalkan panti karena mendapat pekerjaan diminta kembali mengelola hingga sekarang.


“Kami sangat bersyukur atas kunjungan bapak ibuk. Sejak panti ini berdiri baru sekali ini pejabat negara datang ke sini (panti-red). Ini sebuah rahmat dan karunia Allah bagi kami,” sebut Joni.


Saat ini terdapat 86 anak Mentawai di panti yang dia pimpin. Kebanyakan dari mereka dulunya non muslim dan memilih memeluk Islam. Sejak pandemi Covid-19 anak Mentawai yang datang ke panti dan masuk Islam tidak pernah putus. Padahal Joni mengkuatirkan tak ada lagi anak yang dikirim ke panti karena pandemi. Mereka umumnya dari pedamalam Mentawai.


Meski demikian, pihak pimpinan tetap membuka donasi untuk membangun bangunan dan biaya pendidikan anak-anak panti yang kini menimba ilmu di perguruan tinggi, SLTA, SLTP dan SD.


“Dan satu anak kami saat ini ada yang lulus CPNS. Ini sebuah nikmat dari Allah juga buat kami,” ujarnya.


Bagi donatur yang ingin membantu anak-anak Panti Mentawai Gurun Lawas Padang bisa mengirimkannya ke BNI dengan nomor rekening 0618873168 Atas nama Panti Asuhan Khusus Anak Mentawai.


Bahaya Narkoba


 Direktur Tindak Pidana Narkotika dan Zat Adiktif Kejaksaan Agung RI Darmawel Aswar, SH, tanya jawab dengan salah seorang anak panti. Ist


Sementara, Direktur Tindak Pidana Narkotika dan Zat Adiktif Kejaksaan Agung RI Darmawel Aswar, SH, yang datang bersama alumni Fakultas Hukum Angkatan 85 melakukan sosialisasi bahaya narkoba di anak Panti Asuhan Mentawai Gurun Lawas tersebut. Sebab anak-anak saat ini menjadi sasaran empuk bagi pengedar narkoba.


Kehadiran pejabat negara dengan rombongan di panti tersebut, memberi kebahagiaan tersendiri bagi anak- anak panti dari kepulauan itu.


"Siapa yang tahu itu narkoba?" Kata Darmawel pada anak anak panti. Sejumlah anak pun menunjuk tangan dan memberikan argumentasi tentang narkoba. Anak anak yang mampu menjawab pertanyaan dan tidak pun mendapat hadiah yang sudah disediakan panitia.


Disebutkan Darmawel, kasus narkoba saat ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Rata-rata penggunanya usia produktif dari 15 hingga 50 tahun. Narkoba kini diedarkan banyak lewat makanan, untuk mengelabui masyarakat banyak.


"Jadi anak-anak jangan sampai menjadi pengguna narkoba. Sebab akan banyak mudarat dari pada manfaatnya. Jika sudah kecanduan narkoba anggota tubuh akan rusak dan anak-anak akan menjadi orang yang kehilangan masa depan," terang pria asal Sungai Limau Padang Pariaman itu di hadapan anak-anak Panti Asuhan Mentawai Gurun Lawas.


Di provinsi lain, narkoba dimasukkan dalam brownies. Itu diketahui setelah seorang anak SD memakan kue tersebut dan tidak bangun-bangun selama dua hari. Setelah diperiksa baru diketahui kue itu mengandung narkoba. Kemudian narkoba juga dimasukkan dalam masakan, tujuannya agar orang yang makan masakkan itu terus berulang makan dan mengkonsumsi makanan yang dijual. 


"Makanya bapak ingatkan, anak-anak harus hati-hati sama orang tidak dikenal. Jika ditawarkan sesuatu apalagi harganya murah, jangan tergiur. Sekali anak-anak mencoba narkoba, maka akan kecanduan," sebut Darmawel, yang juga Ketua Alumni Ikatan Fakultas Hukum Unand, angkatan 85.


Indonesia saat ini menjadi pangsa pasar peredaran narkoba, sebab pada 2024 negara ini memasuki masa demografi. Masa itu harus diawasi untuk menyelamatkan generasi penerus bangsa agarterhindar dari narkoba. YL

0 Comments