Randang dan Dendeng Bakal jadi Pangan Darurat Bencana

Ini bentuk kemasan pangan darurat bencana yang diciptakan Fakultas Teknologi Pertanian Unand. Ist


PADANG-Sebuah inovasi baru diciptakan Fakultas Tekhnologi Pertanian (Fateta) Universitas Andalas (Unand) Padang. Inovasi itu dalam bentuk pangan darurat bencana.


Pangan darurat bencana itu dalam bentuk randang dan dendeng yang dikemas sedemikian rupa dengan nasi putih, ditambah sayur mayur.


“Satu kemasan beratnya 200 gram, terdiri dari randang dan sayur. Jenis sayurnya dapat berupa wartel, buncis dan kacang panjang. Satu kemasan harganya hanya Rp30ribu,” kata Ketua Tim Peneliti Pangan Darurat Tekhnologi Pertanian, Feri Arlius, Senin, (7/6).


Disebutkannya, produk pangan darurat bencana itu segera dipatenkan. Randang dan dendeng hadir melalui hasil penelitiannya bersama tim selama tiga bulan.


“Jelang dipatenkan, kini prosesnya sedang menunggu hasil uji labor. Uji labor dilakukan untuk mengetahui apakah randang pangan darurat bencana yang kita produksi ini, bisa terkontaminasi bakteri atau tidak,” ungkap Feri.


Dekan Fateta Unand itu juga menjelaskan, tim yang terlibat terdiri dari DR Daimon Sukri dan Cesar Welya Refdi.


Feri Arlius mengungkapkan, awal munculnya ide rendang dan dendeng sebagai pangan darurat bencana, karena selama ini melalui tekhnologi pengolahan pangan dan pertanian yang dimiliki Fateta Unand, banyak penelitian dilakukan tentang pangan.


Termasuk juga pangan darurat di saat bencana. Selama ini, saat terjadi bencana, bantuan yang diberikan banyak berupa mie instan berupa indomie dan rendang yang sudah dimasak saja. Karena itu, timbul ide menghadirkan pangan darurat bencana khas lokal seperti randang.


“Mie instan seperti yang ada lebih banyak karbohidrat. Sementara randang banyak proteinnya. Kita juga tambah dengan sayur dan nasi. Nah, melalui penelitian menggunakan teknologi kita ciptakan nasi, randang dan sayur bisa tahan lama,” ungkapnya.


Dari hasil penelitian yang dilakukan, tujuannya agar nasi randang dan sayur yang dikemas bisa tahan satu tahun.


“Sehingga bisa dijadikan stok dalam keadaan darurat dan bisa dijadikan konsumsi bagi korban bencana dengan kandungan gizi yang lengkap,” terangnya.


Sat ini pangan darurat bencana itu dalam proses penelitian, intinya sterilisasi dan dilakukan packing dalam bentuk vakum udara, agar kontaminasi bakteri berkurang.


“Kemasan ditutup rapat dengan plastik vakum. Sehingga vakum udara dan bakteri tidak bisa masuk,” terangnya.


Dalam prosesnya menjadi sebuah produk, saat ini randang dan dendeng sebagai pangan darurat bencana prototype-nya sudah ada. Karena produk ini dihasilkan perguruan tinggi melalui penelitian, tentunya hasil penelitian ini dapat dilaksanakan hilirisasi dan dikembangkan.


“Kalau ada investor yang berminat untuk memproduksi secara massal, kita siap kerjasama. Bahkan mesin untuk memproduksinya kita juga bisa siapkan secara massal,” ujar Feri.


Feri mengungkapkan, setelah dipatenkan nanti, produk randang dan dendeng pangan darurat bencana ini dalam waktu dekat akan dilaunching gubernur. YL

0 Comments