Selamat Datang Muridku

Elfindri Dir SDGs Unand




Oleh

Elfindri Dir SDGs Unand


BBC London mengumumkan tanggal 4 Januari 2021 sekolah di UK mulai buka kembali, keculi sekolah yg lokasinya dianggap merah.


Setelah Natal dan tahun baru sekolah kembali di buka. Learning dalam proses pendidikan mereka nampaknya siap, tinggal kesadaran penuh untuk bersiap agar anak sekolah terhindar dari covid-19.


Kali ini sebagaimana di UK, di tempat kita sekolah direncanakan juga akan di buka kembali.


Memang telah ada beberapa kajian yg menemukan memang mutu sekolah teganggu dengan model sekolah saat sekarang. Belajar di rumah tanpa pendamping.


Ada indikasi yang jelas penurunan kognitif anak, karena berbagai halangan dalam proses pembelajaran.


Saat dimulainya sekolah, kita pada khususnya Indonesia juga mengalami ketidakpastian. Angka positive rate masih tergolong naik untuk sebagian besar provinsi padat penduduk.


Kita diuntungkan Sumatra Barat dimana positive rate dilaporkan dalam Covid-19 dalam angka tempo hari termasuk terendah. 


Tapi tetap hati hati khususnya daerah perkotaan. Kabupaten sudah sedikit lega dan sekolah bagus untuk dibuka.


Membuka sekolah lagi bagus untuk mengejar ketertinggalan proses belajar siswa.


Menata Learning


Pendidikan memang dibatasi dengan pandemi ini. Tetapi learning tidak demikian. Pada masa pandemy learning, pembelajaran mesti berjalan baik.


Bukti dari lapangan dalam laporan TIMSS menunjukkan guru kita kemampuan menjelaskan kata sangat terbatas. Selama 50 menit diberi waktu hanya 3500 an kata terucap oleh guru sementara guru di Hongkong dan Korea Selatan sudah mencapai di atas 6000 an kata. Ini berimplikasi kepada murid. 


Akses murid pendidikan dengan ukuran minimum boleh meningkat. Namun anak SMP kita hanya 15 persen yang membaca kemudian mengerti yang dibaca. Sisanya membaca dan tak paham. 


Oleh karenannya membaca adalah salah satu proses learning kita yang tertinggal jauh. Pada masa pandemi ini siswa mesti diberi bahan bacaan selama di rumah.


Saya telah usulkan agar provinsi dan kabupaten kerjasama menetapkan jenis buku yang bagus dibaca oleh anak SD sampai SMA. Sehingga ke sekolah cukup menyetor apa isi buku yg dibaca. 


Di USA 5 buku disetor oleh anak SD ke gurunya sampai tamat. Satu buku pernah saya intip berjudul kisah Presiden Amrika Serikat sejak Abraham Lincoln sampai sekarang. Kira-kira tebal 1 buku 400 halaman. Dan menjadi komik bacaan anak anak untuk melatih civic education mereka, sekaligus kemampuan membaca 'reading skills'.


Apalagi matematika dan sains dasar. Problem utama anak kita memang capaian score anak Indonesia untuk sains dan matematika pada kisaran 400 an, sementara anak China dan Korea Selatan sudah mencapai 560 an.


Jadi menunggu anak di sekolah tidak asal buka sekolah. Bagaimana konsepsi pengembangan sains dasar dan matematika proses learningnya ditingkatkan pada masa pandemi ini. 


Guru tentu sudah memiliki bagaimana tahapan yang mereka miliki dalam proses belajar di kelas. Apa yang mesti dilakukan di rumah dan apa yang di review di sekolah?. 


Apalagi Nadiem sebagai Menteri Pendidikan belum menyatakan berapa persen dari sekolah yang akan dijadikan sebagai modeling pencapaian mutu, dan berapa banyak bisa ditingkatkan sampai tahun 2024.


Di UK menurut laporan BBC, petunjuk vaksin murid dan guru dilakukan secara massal. Petunjuk fungsi guru juga demikian. Tidak tahulah bagaimana di daerah kita.


Di tempat kita kesadaran yang tinggi mesti ada untuk seluruh lapisan terhadap peningkatan kualitas sekolah.


Persiapan teknis pedagogi dan penyesuaian juga sangat penting. Kekhawatiran berlebihan akan dampak covid juga tidak diperlukan.


Setiap sekolah mesti siapkan gugus penanggungjawab. Dan jika ada anak yang batuk dan demam, bagus diberi ruang gerak menghubungi puskesmas setempat untuk segera diperiksa. Atau orang tua segera melaporkan dan tidak mengizinkan anak sekolah kalau ada tanda-tanda aneh kesehatan anak.


Memang agak khawatir juga dua minggu pertama tahun baru mengingat di Jakarta saja kasus peningkatan temuan boleh di atas 2000 sementara dua minggu sebelumnya masih kisaran 1000 an. Ini tergantung jumlah pemeriksaan tentunya.


Orang tua juga perlu sadar bahwa segera mereka bijak dalam menyiapkan anak mereka. Menunggu anak pulang sekolah juga tak perlu berlebihan berkerumun kecuali untuk anak kelas satu dan dua dengan tetap jaga jarak.


 Dulu anak kelas tiga SD saja dibiar pergi dan pulang sendiri jalan kaki. Mereka sekarang dewasa sangat cerdik dan mandiri.


Sekali lagi membuka lembaran baru tatap muka sekolah tidak sekedar mengamankan  anak anak dari risiko covid, namun lebih dari itu "learning" mereka terbangun hendaknya. 


Agar anak kita kelak bisa tegak kepalanya ketika berhadapan dengan temannya dari negara tetangga di pasar internasional. (*)

0 Comments