Melirik Usaha Beternak Itik Bayang Pesisir Selatan

ilustrasi itik di sawah. foto dakwatuna

PAINAN - Itik Bayang sebagai salah satu plamanufta asli Kabupaten Pesisir Selatan, sudah dijadikan pilihan oleh masyarakat di daerah itu untuk dikembangkan. Berbagai keunggulan yang dimiliki oleh itik asli Pessel itu, mampu memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat peternak, sebab selain tahan terhadap penyakit, telurnya juga disukai dan digemari oleh masyarakat untuk dikonsumsi.

Fiki Rapendra Pais 23, salah seorang peternak itik bayang di Nagari Painan Timur, Kecamatan IV Jurai, mengatakan Senin (22/6) bahwa dia memang manjadikan itik bayang sebagai pilihan untuk dipelihara.

"Sekarang masyarakat peternak itik di daerah ini memang sudah menjadikan itik bayang sebagai pilihan untuk di pelihara. Sebab selain tahan dari penyakit, telurnya juga sangat disukai oleh masyarakat untuk dikonsumsi," katanya sepeti dikutip dari situs Pemkab Pesisir Selatan.

Dijelaskanya bahwa saat ini dia memang hanya melakukan pemeliharaan itik bayang itu masih dalam jumlah skala kecil, atau hanya sebanyak 100 ekor.

"Walau hanya 100 ekor, namun cukup menguntungkan secara ekonomi dan juga dapat membantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan harian. Saya katakan demikian, sebab rata-rata per hari jumlah telurnya mencapai sebanyak 75 butir, dengan harga jual per butir Rp 2 ribu sehingga menjadi Rp 150 ribu. Karena biaya makan untuk 100 ekor itu hanya sebesar Rp 75 ribu per harinya, maka masih tersisa keuntungan sebesar Rp 75 ribu per hari," ujarnya.

Dijelaskan lagi bahwa lama bertelur itik bayang tersebut, mencapai tiga tahun.

"Karena tiga tahun, maka untuk satu ekor itu bisa menghasilkan telur sebanyak 1.050 butir. Dengan harga Rp 2 ribu per butir, maka satu ekor itik ini akan menghasilkan uang sebesar Rp 2,1 juta. Jika dikurangi biaya makan Rp 1 juta, dan harga beli itik Rp 50 ribu, maka keuntungan bersih selama tiga tahun dari 1 ekor itik mencapai Rp 1.050.000," ungkapnya.

Ditambahkanya bahwa berdasarkan hitungan itu, sehingga dengan memelihara itik bayang sebanyak 100 ekor, akan bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp 25 juta per tahun. Sebab produksi telur itik dari jumlah yang dipelihara itu, hanya mencapai 75 persen saja per hari.

"Kalaupun ada yang lebih atau mencapai 80-90 persen, itu hanya pada musim-musim tertentu saja. Namun jika dibagi rata per tahun, tetap pada kisaran 75 persen," ujarnya.

Hafiz Hamzah 45, peternak itik lainya di Kecamatan Bayang, juga mengatakan bahwa dia bersama warga lainya di kecamatan itu juga menjadikan pilihan itik bayang sebagai peliharaan.

"Dengan memelihara itik ini, ekonomi keluarga saya sudah semakin membaik. Sebab jumlah peliharaan saya saat ini sudah mencapai 200 ekor. Dengan produksi telur rata-rata 150 butir, maka keuntungan bersih setelah dikeluarkan modal dan biaya makan dalam sehari mencapai Rp 120 ribu," jelasnya.

Agar itik yang dipelihara tersebut tetap produktif sepanjang tahun, dia juga melakukan peremajaan atau penggantian itik setiap tiga tahun.

"Itik yang sudah berumur tiga tahun atau tidak lagi produktif, saya jual kepada pedagang. Hasil dari penjualan itik itu, saya modalkan lagi untuk membeli itik yang baru atau yang muda," akunya.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan), Efrianto mengatakan bahwa telur itik bayang sebagai salah satu ternak piaraan asli Pessel, saat ini cukup disukai dan digemari oleh masyarakat lokal dan luar daerah untuk dikonsumsi.

"Karena disukai, sehingga kita terus memberikan dorongan kepada masyarakat untuk mengembangkanya. Ini saya sampaikan, sebab Pemkab Pessel akan menjadikan telur asin itik bayang sebagai komoditi unggulan di daerah ini," katanya.

Bahkan rencana itu cukup direspon oleh masyarakat. Hal itu dapat dilihat, sebab yang melakukan pengembangan atau budidaya itik bayang sudah merata di semua kecamatan, bukan saja pada Kecamatan Bayang saja.

"Respon ini cukup bagus, karena telur asin itik bayang berpeluang membuka lapangan kerja baru dan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. Dengan mengonsumsi telur asin itik bayang, kesehatan masyarakat juga meningkat. Bahkan lebh dari itu, yakni juga bisa memberantas gizi buruk dan masalah stunting," timpalnya