Sosialisasi Cegah Kekerasan pada Perempuan dan Anak, P2TP2A Sumbar Sasar Masyarakat Padang Pariaman

Nara sumber sosialisasi pencegahan kekerasan perempuan dan anak di Padang Pariaman. Dok Kitapunya

PADANG PARIAMAN-Tim Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) Limpapeh Rumah Nan Gadang Sumbar terus bergerak, menyuarakan pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak. 

Selasa (8/8) Tim P2TP2A Limpapeh Nan Gadang, yang langsung dipimpin Ketua, Hj. Harneli Mahyeldi memberikan pengetahuan untuk masyarakat Padang Pariaman.

Peserta terdiri dari pasangan suami istri, tokoh masyarakat, alim ulama dan lainnya dengan jumlah 50 orang. 

Sosialisasi dibuka Kepala DP3P2A Sumbar, diwakili Kabid Perlindungan Hak Perempuan dan Anak, Rosmadeli, M. Biomed. Dalam sambutannya mengatakan 2045 Indonesia akan menyongsong bonus demografi. 

"Atas kondisi itu generasi sekarang harus disiapkan. Menjadi generasi kuat dan sehat. Jauh dari kasus kekerasan, stunting dan hal lainnya yang mengancam kehidupan generasi penerus," terang Rosmadeli, dalam sambutannya, Selasa (8/8) di Gedung Tuah Sakato Padang Pariaman.

Untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi perempuan dan anak dibutuhkan sinergi semua pihak. 

"Kasus kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak bukan tugas pemerintah semata. Tapi tugas kita bersama. Jika ada kekerasan di sekeliling kita, laporkan. Jangan malu. Ayo kita jadi pelapor dan pelopor," ajak Rosmadeli.

Disebutkannya, jika masyarakat melihat kekerasan pada perempuan dan anak di lingkungannya, maka bisa melapor ke UPTD PPA yang ada di daerah masing-masing. 

"UPTD PPA itu sama fungsinya IGD di bidang kesehatan. Jika sudah masuk laporan ke PPA maka korban akan didampingi semua lembaga yang terbentuk dalam satgas PPA," ujarnya.

Senada dengan Kabid PHPA, DP3P2A Sumbar, Ketua P2TP2A Limpapeh Rumah Nan Gadang, Hj. Harneli Mahyeldi mengatakan, jika banyak perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan maka Indonesia Emas tahun 2045 akan sulit dilewati.

"Makanya perempuan dan anak harus dilindungi. Sebab perempuan yang menyandang status sebagai seorang ibu adalah madrasah bagi anaknya. Jika ibu punya bekal agama dan pendidikan yang kuat, maka insyaallah anak-anaknya akan menjadi anak yang siap menyongsong Indonesia Emas 2045 mendatang," terang Harneli.

Disebutkannya, setiap orangtua harus memberi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Seperti mencontohkan nilai ibadah, etika hingga cinta kasih dalam keluarga dan jauh dari berbagai kekerasan.

"Jika generasi sekarang sudah mendaptkan kekerasan, maka mereka tidak akan bisa menjadi pemimpin yg baik di masa depan. Sebab mereka dulubnya menjadi korban dan akan jadi pelaku.

 Makanya perlu cinta kasih kepada mereka dari sekarang," sebut Harneli.

Pada kesemoatan itu Harneli juga mengatakan, pencegahan kekerasan pada perempuan dan anak, juga harus melibatkan tiga tungku sajarangan di daerah masing-masing.

Dalam sosialisasi tersebut peserta mengajukan sejumlah pertanyaan terkait kasus yang ada di lapangan. YL




 

0 Comments