Antisipasi Gempa, Gubernur Sumbar Instruksikan Seluruh Alat Peringatan Dini Harus Aktif

PADANG - Gempa yang menimbulkan kerusakan parah dan korban jiwa di Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Jabar) menjadi perhatian Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi Ansharullah.

Pasalnya, Provinsi Sumbar juga memiliki potensi gempa 8,9 SR dan tsunami di pusat megathrust Kepulauan Mentawai. Mahyeldi meminta bupati dan wali kota juga melakukan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi potensi gempa dn tsunami tersebut.

“Kita tidak tahu kapan terjadi gempa. Termasuk juga bencana lainnya longsor dan banjir. Kita minta kesiapsiagaan BPBD Provinsi Sumbar dan kabupaten kota melakukan pelatihan dan sosialisasi ke tengah masyarakat,” tegas Mahyeldi, usai menerima bantuan 100 kilogram rendang dari Bank Nagari untuk korban gempa Cianjur, Rabu malam (23/11).

Mahyeldi juga meminta BPBD agar mengaktifkan alat peringatan dini early warning system (EWS) di seluruh tempat. “Aktifkan early warning system di seluruh tempat. Semuanya harus berfungsi dengan baik, sehingga kita lebih sigap dan masyarakat lebih care,” ucap Mahyeldi.

Belajar dari pengalaman gempa Cianjur dan gempa yang terjadi di Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat beberapa waktu lalu yang menimbulkan kerusakan parah. Mahyeldi juga mengingatkan bupati dan wali kota agar menyiapkan peraturan daerah (perda) terkait bangunan, agar menjadi acuan dalam mengeluarkan izin mendirikan bangunan (IMB) di daerahnya.

“Pengalaman di Cianjur ini, karena di sana pusat episentrum gempanya dengan skala magnitudo 5,6 mampu merusak bangunan. Jadi kualitas bangunan juga harus menjadi perhatian. Bupati dan wali kota harus sudah mulai merevisi dan siapkan perda sesuai dengan kerawanan daerahnya,” harap Mahyeldi.

“Perda ini hadir agar bangunan memiliki ketahanan yang lebih baik. Kota Padang juga sudah punya. Masyarakat juga harus disiapkan mengantisipasi jika gempa terjadi. Siapkan aturan lainnya. Semuanya tertuang dalam perda,” tambah Mahyeldi.

Diketahui, gempa 5,6 magnitudo mengguncang Cianjur, sekitarnya pada Senin, (21/11) sekira 13.21 WIB. Jumlah korban meninggal mencapai ratusan jiwa. Selain itu ribuan korban lainnya mengalami luka-luka. Sebanyak 58.362 orang terpaksa mengungsi. Kemudian, 6.570 unit rumah rusak berat, 2.071 unit rusak sedang, dan 12.641 unit rusak ringan.

“Ada 12 kecamatan yang terdampak, masing-masing kecamatan sudah berdiri tempat pengungsian,” jelas Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto.

Adapun 12 kecamatan tersebut, yaitu Kecamatan Cianjur, Karangtengah, Warungkondang, Cugenang, Cilaku, Cibeber, Sukaresmi, Bojong Picung, Cikalong Kulon, Sukaluyu, Pacet, dan Gekbrok. “Dari 12 kecamatan, masing-masing kecamatan sudah berdiri tempat pengungsian,” ujar Suharyanto. SR


0 Comments