RSUP M. Djamil Padang Penuh oleh Pasien Covid-19, Ini Sebabnya

Direktur Utama M. Djamil Padang, dr. Yusirwan Yusuf



PADANG-RSUP M. Djamil Padang dalam beberapa waktu belakang penuh oleh pasien positif Covid-19. Sayangnya rumah sakit milik pemerintah pusat itu tidak diisi oleh pasien dengan kondisi berat semata. 


Direktur utama RSUP M Djamil Padang, Yusirwan Yusuf, dalam forum diskusi Harian Singgalang kerjasama dengan BNPB dan Satgas Covid Pusat, Sabtu (22/5) mengungkapkan penuhnya rumah sakit yang dia pimpin karena RS di daerah selalu mengirim pasien yang seharusnya bisa mereka tangani di rumah sakit masing-masing.


“Saya sudah memprediksi akan ada potensi seperti saat ini. Rumah sakit tempat tidurnya penuh karena penanganan di daerah tidak konsisten. Saya paham karena kepala daerah usai pilkada masih sibuk mengurus SOTK Sehingga hal ini terjadi,” ungkap Yusirwan dalam forum diskusi yang berlangsung via meeting zoom.


Apapun alasannya kata Yusirwan kalau di hulu gagal mengendalikan Covid-19 ini, rumah sakit bakal jebol.


“Kalau hulunya tidak melakukan sekat ya kita jebol. Berapapun tempat tidur disediakan rumah sakit tapi testing dan tracingnya turun dan prokes tidak sekuat dulu lagi akan terjadi seperti saat ini,” tambahnya. 


Disebutkannya, Covid-19 bukan perihal tempat tidurnya saja, tapi juga jumlah SDM nya. Nakes tak tahan harus memakai hazmat lebih dari 4 jam. Kalau dia lanjut memakai hazmat terus bisa berdampak buruk pada diri nakes. Makanya M Djamil ada 7 shift untuk nakes bertugas dan tidak bisa bolak balik di Red zone dan Green zone. 


“Tenaga kita terbatas, kalau Pemda bupati walikota tak ngeh dengan kondisi ini akan berbahaya. Bahkan teman-teman pimpinan rumah sakit swasta tak ada kompensasi dari pemerintah untuk tempat tidur yang disediakan. Kalau pasien Covid-19 mendadak naik ujungnya M Djamil,” jelasnya. 


Saat ini M Djamil memiliki 255 tempat tidur ditambah 83 semoga bisa beroperasi secepatnya. Jumlah keseluruhan sudah 338 tempat tidur disediakan M Djamil. 


“Mentri kesehatan kesulitan sekarang untuk mendapatkan obat karena beberapa negara juga berebut obat seperti India, Malaysia, Singapura, Thailand,” ujarnya. 


Dikatakan Yusirwan saat ini M Djamil melakukan tes swab untuk keluarga yang menjaga pasien positif ditemukan ada 12 penunggu yang positif. Mereka semua OTG. Mereka tidak bisa dirawat M Djamil karena tak bergejala atau komorbid dan kita pulangkan ke daerahnya. Di sana tidak diisolasi mandiri, artinya mereka bisa menularkan ke yang lain. 


“Saat ini M Djamil menambah lagi perawat menambah sebanyak 130 perawat yang selama ini sudah standbay 300 perawat. Memberantas Covid-19 butuh kerja sama kita, bagaimana sosialisasi lagi. Jangan bilang konspirasi, hoaks, setingan,” tukasnya.


Sementara, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Sumbar, Jasman Rizal meminta bupati dan walikota untuk memaksimalkan perawatan pasien Covid-19 di daerah masing-masing agar RSUP M Djamil tidak penuh. 


“Kita kasihan dengan rumah sakit M Djamil, saat ini selalu penuh karena banyak pasien Covid-19 dari daerah. Kita hawatirkan tidak ada lagi tempat. Makanya Kita imbau kepala daerah Kabupaten kota untuk warganya yang terinfeksi covid-19 dengan kondisi sedang, agar di rawat di rumah sakit daerah masing-masing, “ungkapnya.


Dikatakan Jasman, kebanyakan pasien yang positif covid-19 langsung dirujuk ke Padang, harusnya dirawat di rumah sakit daerah masing-masing, kalau sudah sangat berat baru dibawa ke M Djamil. 

“Ini baru terinfeksi dan OTG, langsung dioper ke M Djamil tentu M Djamil jadi penuh,” jelasnya. 


Dia berharap kepala daerah kembali mengaktifkan isolasi mandiri karena kasus sekarang itu ada 3000 kasus aktif dan 80 persen OTG. “Kalau tidak ditangani dengan baik OTG ini akan menjadi penyebaran. Maka kita harapkan sekali Kabupaten kota harus bisa mengendalikan,” tambahnya. 


Tak hanya itu, Jasman menilai saat ini kepala daerah seolah lepas tangan. Harusnya bisa dirawat di rumah sakit daerah malah tetap ke  M Djamil. 


“Rumah sakit tak mungkin menolak pasien. Ada kebijakan daerah yang ringan disediakan isolasi mandiri. Bahkan daerah juga memiliki ventilator minimal dua artinya bisa juga merawat pasien yang dalam kondisi berat sebanyak ventilator yang tersedia,” pungkasnya.  YL

0 Comments